"Le, mbah jalok ter ngkok yo nang kulonani ngetterno iki kabheh!" ujar nenekku sambil menunjuk rantang yang berisi beberapa piring nasi.
Salah satu keping perintah yang biasanya ditujukan untuk ku ketika berada di rumah, beberapa hari menjelang bulan suci Rhamadan. Perintah yang telah menjadi rutinitas, dan dapat diartikan menjadi budaya setiap tahunnya. Karena hanya aku satu-satunya pria yang sedang ada di rumah itu. Hanya aku pria yang dapat mengemudikan sepeda motor.
Namun, tahun ini sedikit berbeda, aku tidak berada di depan kemudi untuk mengantarkan rantang. Aku sedang berada di tempat berbeda, mencoba memikirkan kembali mengenai ater-ater rantang. Walau tidak ada aku, tradisi itu akan tetap berjalan. Bukan berarti aku sok penting - tapi aku memang penting, hanya saja kenapa tradisi ater-ater masih tetap ada setiap tahunnya. Tradisi ater-ater (mengantarkan) beberapa piring nasi untuk tetangga atau kerabat dekat menjelang bulan suci Rhamadan. Dan kenapa di lakukan di awal bulan Rhamadan?
Pertanyaan itu di jawab oleh sesepuh keluarga (nenek). Ia mengatakan bahwa dengan ater-ater kita memberikan sebagian rezeki yang kita terima kepada orang lain. "Semacam sukuran dalam menyambut bulan suci Rhamadan yang hanya datang 1 kali dalam satu tahun" ujar nenek - jika aku tidak salah ingat.
Tradisi ater-ater ini mengajarkanku untuk saling berbagi, saling memberi dan dapat memper erat tali silaturahmi antar tetangga dan keluarga. Manfaatnya inilah yang membuat tradisi ater-ater ini masih tetap lestari dan terjaga setiap tahunnya. Semacam ucapan maaf yang biasa disebarkan menjelang bulan Rhamadan menjadi ciri khas sendiri dalam menyambut bulan suci umat Islam ini.
Ater-ater untuk yang meninggal.
Selain ater-ater nasi, ada juga ater-ater doa atau yang disebut nyekar, juga dilakukan menjelang bulan suci rhamadan. Nyekar dilakukan dengan cara membersihkan dan memberikan bunga di pemakaman keluarga. Serta mendoakan agar mereka yang kembali pada Nya diampuni dosa-dosanya.
Pernah aku mendengar dari salah satu orang yang umumnya disebut Kiai. Mengatakan bahwa bulan puasa ini sebagai ajang dalam mencari remisi atau pengurangan masa hukuman jika di dunia. Namun, karena saya tidak begitu mendalami agama dan masih belum pernah dipanggil oleh Nya maka kepercayaan dikembalikan pada kalian masing masing.
0 komentar:
Posting Komentar