Disini aku
hanya ingin mengingat kembali sebuah kisah yang ku sebut romantisme masa muda.
Yang mungkin hanya aku yang merasakannya. Ini kisah tentang dia yang pernah
mengisi ruang kosong di hati ku. Tentang dia yang telah memberikan kesempatan
untuk ku mendekatinya dan mengungkapkan isi hatiku. Waalu kini kita hanya
sebatas teman yang bisa dianggap dekat tanpa sebuah status. Namun kurasaini
juga tidak buruk.
Cerita ini
dimulai beberapa tahun yang lalu. Ketika aku akan menuju ke sebuah tempat
pelatihan yang terletak diatas dataran tinggi. Aku diminta oleh salah seorang
tetua – karena umurnya lebih diatas kami yang datang, yang berambut gimbal dan rekan
seprofesi walau berbeda wilayah kerja. Aku menuju ketempat tetua untuk
menjemput anggotanya, dan aku mengikutinya begitu saja. Tak pernah ku tau bahwa
dia akan adalah salah satu orang yang harus ku jemput.
Seakan ini
seperti skenario yang telah disiapkan oleh sang tetua atau ini hanyalah sebuah
kebetulan yang diberikan tuhan. Aku hanya bisa mengucap terima kasih karena
telah diberikan waktu untuk bersamanya. Beberapa kilometer kedepan kita akan
berpacu bersama mengendarai sebuah motor tua tahun sembilan puluan yang masih
menemaniku hingga sekarang.
Ditmani lampu
lampu jalanan kota yang terang benderang kulaju sepeda dengan kecepatan sedang.
Berharap agar ia tidak begitu merasakan angin malam yang telah menusuk nusuk
kulitku kala itu. Dibawah pengawasan sang bulan kami sedikit bercakap-cakap
seputar kepingan-kepingan cerita yang pernah kami alami. Semacam apa yang
pernah kamu lakukan dengan profesimu, atau hanya sebatas berapa lama kamu akan
tinggal di tempat itu.
0 komentar:
Posting Komentar