Kamis, 14 Januari 2016

Aku dan Dia dalam Perjalanan

BY Black Mask IN No comments



Disini aku hanya ingin mengingat kembali sebuah kisah yang ku sebut romantisme masa muda. Yang mungkin hanya aku yang merasakannya. Ini kisah tentang dia yang pernah mengisi ruang kosong di hati ku. Tentang dia yang telah memberikan kesempatan untuk ku mendekatinya dan mengungkapkan isi hatiku. Waalu kini kita hanya sebatas teman yang bisa dianggap dekat tanpa sebuah status. Namun kurasaini juga tidak buruk.

Cerita ini dimulai beberapa tahun yang lalu. Ketika aku akan menuju ke sebuah tempat pelatihan yang terletak diatas dataran tinggi. Aku diminta oleh salah seorang tetua – karena umurnya lebih diatas kami yang datang, yang berambut gimbal dan rekan seprofesi walau berbeda wilayah kerja. Aku menuju ketempat tetua untuk menjemput anggotanya, dan aku mengikutinya begitu saja. Tak pernah ku tau bahwa dia akan adalah salah satu orang yang harus ku jemput.

Seakan ini seperti skenario yang telah disiapkan oleh sang tetua atau ini hanyalah sebuah kebetulan yang diberikan tuhan. Aku hanya bisa mengucap terima kasih karena telah diberikan waktu untuk bersamanya. Beberapa kilometer kedepan kita akan berpacu bersama mengendarai sebuah motor tua tahun sembilan puluan yang masih menemaniku hingga sekarang.

Ditmani lampu lampu jalanan kota yang terang benderang kulaju sepeda dengan kecepatan sedang. Berharap agar ia tidak begitu merasakan angin malam yang telah menusuk nusuk kulitku kala itu. Dibawah pengawasan sang bulan kami sedikit bercakap-cakap seputar kepingan-kepingan cerita yang pernah kami alami. Semacam apa yang pernah kamu lakukan dengan profesimu, atau hanya sebatas berapa lama kamu akan tinggal di tempat itu.

Percakapan aku dan dia tidak berlangsung lama. Waktu yang terus berjalan dan jarak yang semakin dekat dengan tempat yang kami tuju membuatku sedikit berharap. Andai bisa sedikit lebih lama lagi. Namun apa daya, motor tua sudah menjalankan tugasnya untuk mengantar aku dan dia. Sorakan yang kami terima membuatku canggung dan sedikit malu padanya. Tapi tak apa, aku sudah memiliki cerita tentang malam bersama dia yang menghabiskan waktu dalam sebuah perjalanan. Ah andai saja waktu berhenti kalaitu. Ah andai saja aku sedikit bercakap lebih banyak. Ah aku ternyata hanya bisa berandai. Nanti aku tak akan berandai lagi.[]

0 komentar:

Posting Komentar